Belajar dari Tangis

By Fadli Kurniawan - 11.01

Ketika kita masih bayi, organ-organ tubuh kita belum seluruhnya berfungsi. Mata, Telinga, Mulut, Tangan, Kaki? Semua masih baru "terpasang" di tubuh kita. Tapi satu hal yang bisa kita lakukan pertama kali ketika kita melihat dunia ini adalah MENANGIS.

Lapar.. kita menangis. Kencing.. kita menangis. Ingin tidur... kita pun menangis. Ya, karena hanya itu yang bisa bayi lakukan. Seandainya bayi bisa berbicara kepada ibunya kalau mereka ingin makan, atau bisa berjalan menuju ke toilet, mungkin mereka tak perlu menangis.

Bagaimana ketika kita dewasa? Kadang masih saja kita menangis ketika kita baru dihadapkan pada masalah kecil. Masalah yang sebenarnya bisa kita atasi dengan segala kemampuan organ-organ tubuh kita yang sudah berfungsi secara sempurna. Jadi, terkadang kita lebih lemah dibanding ketika kita masih bayi.

Tapi apakah menangis itu buruk? Menangis itu berarti lemah? Pastinya tidak..

Di tulisan ini, aku hanya belajar dari satu sisi tentang tangis. Bahwa selama kita masih berlari, berbicara, dan berpikir, jangan pernah mengeluh apalagi menyerah (yang biasanya terlihat dari air mata kita).
Menangis karena putus asa, itulah sepahit-pahitnya hidup, karena pasti selalu ada harapan.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar