Pengalaman Buruk dengan situs E-Commerce

By Fadli Kurniawan - 03.05


Di era digital ini, berbelanja yang awalnya mengharuskan kita pergi ke toko atau tempat transaksi, sekarang bisa dilakukan hanya dengan menggerakkan jari di layar smartphone kita. Banyak situs online shop dengan beragam kriterianya. Ada yang punya brand dan toko/aplikasi sendiri, seperti H&M, ada yang menampung berbagai vendor dan mempunyai gudang sendiri seperti lazada, dan ada juga yang hanya menjadi tempat pertemuan penjual dan pembeli tanpa menanggung risiko transaksi seperti OLX, yang sekaligus jadi pembahasan di tulisan saya kali ini.

Yang menjadi pertanyaan, apakah kemudahan ini menguntungkan atau merugikan kita? Kita sulit berkata tidak rasanya bahwa perubahan ini menguntungkan. Tapi jika kita menjadi korban penipuan karena kemudahan ini, mungkin banyak dari kita yang baru menyadari bahaya tersembunyi dari sistem e-commerce ini. 

Kerugian materi itu juga saya alami pada hari Rabu, 1 Februari 2017. Ya, di saat hari pertama para pegawai gajian. Waktu itu saya sedang gencar mencari salah satu tipe kamera fujifilm yang harga barunya kurang lebih sama dengan satu buah honda revo baru. Pastinya saya cari yang "second" dengan harapan harganya lebih terjangkau. Oiya, kenapa saya begitu gencar? Karena hari sebelumnya saya kehilangan kamera samsung saya di musholla stasiun pasar senen. 

Saya putuskan untuk mengawali pencarian di situs olx.co.id. Singkatnya, setelah 3 hari berkelana di OLX, dan setelah gagal COD dengan beberapa penjual, saya mendapati penjual kamera fujifilm yang saya cari dengan harga sangat murah, Rp4.750.000,00. Oke, dengan kondisi psikis yang baru saja kehilangan kamera, dan melihat kamera yang dicari ditawarkan dengan harga begitu murah, saya langsung tergiur. Di sinilah awal kesalahan saya. 

Setelah saya telepon, orang tersebut memberikan saya nomer WA yang katanya istrinya, si empunya kamera tersebut, dengan nama Nirwana, sesuai dengan user ID di OLX. Dan..terjadilah percakapan panjang sampai akhirnya........di hari berikutnya ba'da maghrib, saya resmi tertipu 5 juta rupiah. Hiks.

Ternyata, beberapa sahabat saya dengan inisial Sipih dan Samid, hehe, juga pernah menjadi korban penipuan dengan kronologis serupa. Berikut saya share modus penipuannya agar menjadi kewaspadaan bagi teman-teman pembaca.

1. Penjual menawarkan harga di bawah pasaran, bahkan jauh, dengan dalih barang pemberian cuma-cuma, kado ulang tahun, atau sejenisnya yang membuat penjual tidak perlu menetapkan harga setinggi pasaran agar cepat laku. Penjual juga mengkondisikan seolah-olah tidak tahu harga pasaran, bahkan menanyakannya kepada penjual sehingga penjual terkesan lugu. 
2. Penjual akan bersikeras bahwa barang dikirim setelah pelunasan dengan alasan takut barang dikirim ke pembeli yang nakal. Dengan kata-kata manis dan bersikap lugu lagi pemurah  kepada pembeli, maka pembeli sudah masuk ke perangkap pertama penipu ini, yakni mentransfer uang senilai harga alias lunas. Oiya, penjual ini, sekali lagi, seorang wanita. Ini senjata yang ampuh sekali, karena beberapa kaum pria punya stereotype bahwa kriminalis itu kaum laki-laki, jarang sekali perempuan. Selain itu pria bisa lebih merasa iba ketika lawan transaksinya wanita. Entah, mungkin pendapat saya saja. 
3. Setelah keesokan harinya, penjual menjanjikan pengiriman barang, pembeli akan dibuat lega. Apalagi, setelah mendapat foto paket kirimannya lengkap dengan logo JNE/ sejenisnya dan data lengkap kita. Disinilah permainan psikologis kedua oleh penjual dimulai. Pembeli akan menanyakan nomor resi pengiriman. Nomor resi pengiriman tersebut tidak dikirimkan, dengan berkelit bahwa yang mengirimkan adalah suaminya, karena si istri sedang bekerja di kantor, dan suami tidak bisa dihubungi berkali-kali karena langsung terjun ke proyek. Oke, bencana sudah di depan mata. Tapi penjual tidak lantas menghilang. Si penjual tetap merespon pertanyaan pembeli. Di sini kelihaian penipu dalam membuat si pembeli tetap calm down. Bahkan, ketika telah mentransfer lunas, penjual mengirimkan scan KTP sesuai nama rekening bank dan alamat kantor ia bekerja. Sangat lihai bukan membuat pembeli tetap tenang?
4. Teror mulai datang. Setengah jam dari kabar pengiriman, pembeli akan ditelepon oleh orang yang mengaku petugas Bea Cukai (BC), yang menggeledah paket, dan mengancam pembeli dengan tuduhan penyelundupan barang karena tidak ditemukan dokumen kepabeanan. Solusi yang ditawarkan hanya dua: 1) pembeli mengurus administrasi agar barang tetap dikirim dengan mentransfer ke oknum BC/ petugas BC gadungan tersebut senilai Rp11.500.000 atau 2) mereka akan datang ke alamat pembeli bersama tim kepolisian untuk menjemput paksa pembeli. Dengan ancaman tersebut, maka pembeli masuk ke perangkap ke-2. Alhamdulillah, setelah berkonsultasi dengan teman di BC, saya tidak sampai mentransfer uang permintaan mereka. Thanks a lot to Utami. Hehe. 
5. Sore harinya, penjual yang seolah-olah ikut cemas dengan ancaman dari oknum BC/petugas BC gadungan, akan mengulang lagi janji mengirimkan no resi jam 6 sore. Namun, setelah jam 6 sore dan seterusnya, apa yang terjadi? Betul. Pembeli akan terus menghubungi penjual tetapi tidak direspon sampai nomor pembeli diblokir. Akibatnya? Ya, kita tidak punya akses lagi ke orang tersebut dan uang yang sudah ditransfer melayang begitu saja :)

Dari kimiripan kronologis ini, dengan melibatkan oknum BC/petugas BC gadungan, maka bisa kita simpulkan skema penipuannya bahwa sebenarnya TIDAK TERJADI PENGIRIMAN BARANG SAMA SEKALI. Penjual hanya mengirimkan paket ke oknum BC/petugas BC gadungan. Atau, kemungkinan terburuk, barang yang dijual itu hanya sekedar foto display, alias TIDAK ADA SAMA SEKALI. Hahaha.

Ini pertama dan mungkin terakhir kalinya saya bertransaksi lewat OLX. Kapok. Untuk itu, saya ingin berbagi hikmah agar dijadikan pelajaran bagi teman2 sebagai berikut.

1. Untuk kasus kamera yang hilang, kalau sholat di masjid/mushola, barang-barang diusahakan di depan kita, bukan di samping apalagi belakang kita. Kalau tidak memungkinkan, lebih baik dititipkan ke petugas penitipan barang.
2. Utamakan bertransaksi secara COD, bukan dikirim, apalagi untuk barang elektronik. Bahkan kalau bisa, saya tekankan harus COD. Harus.
3. Jangan tergiur dengan harga yang jauh di bawah pasaran, apalagi ketika dalam kondisi sangat membutuhkan barang tersebut. Lebih baik membayar lebih banyak tetapi aman, dari pada membayar lebih sedikit tetapi uang hilang begitu saja.
4. Pemerintah melalui kominfo (kalau-kalau PNS kominfo membaca tulisan ini) atau otoritas yang bersangkutan, sudah saatnya intervensi pasar bebas ini dengan membuat regulasi tentang e-commerce semacam ini. Tidak bisa penjual dan pembeli diberi kebebasan sepenuhnya, karena perlindungan konsumen maupun penjual sangat terancam di sini. Misal, pemerintah bisa mewajibkan situs semacam OLX ini memiliki rekber atau sistem sejenisnya yang aman. Penipuan memang tidak lantas hilang seiring adanya peraturan, tapi sistem pengendalian yang baik akan bisa meminimalisir kecurangan. 

Demikian tulisan ini saya buat dengan tujuan semata-mata berbagi pengalaman agar kejadian pahit ini tidak menimpa pembaca. Mohon maaf jika ada pihak-pihak yang tersinggung, tidak ada maksud sama sekali untuk demikian. Semoga kita bisa lebih jujur, berhati-hati, dan bijak dalam jual-beli. :)




  • Share:

You Might Also Like

0 komentar