Semoga film Dilan tidak lantas hanya dinikmati sebagai karya, tetapi dipelajari siapa dalang di balik karya itu.
Kita kehilangan Yon Koeswoyo, tetapi tidak belajar siapa Koes Plus itu. Begitu pula kita kehilangan Darmanto Jatman, WS Rendra, Mbah Surip, Mbah Marijan, dan orang besar lain, tetapi kita luput belajar darinya.
Jangan sampai kita melewatkan Pidi Baiq hanya sebatas karya novel romansa SMA-nya. Lebih dari itu, menurutku Pidi Baiq adalah cerminan orang yang benar-benar total menjadi manusia yang menemukan dirinya sendiri.
Seperti itulah menurutku manusia yang sebenarnya Tuhan kehendaki. Manusia itu tidak ada yang sama. TIDAK ADA YANG SAMA SATU PUN. Tuhan itu Maha Esa, maka ciptaan-Nya tidak ada yang tidak esa.
Tetapi, pendidikan di Indonesia mengajarkan kita untuk jadi sama, tidak menjadi dirinya sendiri, sehingga kita kerap merasa minder karena kita pikir kita kalah dari orang lain.
Dengarlah ketika orang-orang seperti Pidi Baiq berbicara supaya kita belajar seperti apa manusia yang merdeka itu. Jika kamu membaca tulisan ini, ketahuilah aku pun ingin berbincang dengannya.
0 komentar