Aku Pikir Aku Spesial(is) Buat Kamu

By Fadli Kurniawan - 02.53


Foto di atas diambil sesaat setelah saya dinyatakan lulus (tidak mengulang deng) sidang skripsi dan ujian komprehensif di perkuliahan D-IV PKN STAN. Di kelompok kami, kebetulan saya yang mendapat jadwal paling akhir. Karena kelompok saya punya solidaritas yang tinggi, mereka mau menunggu saya dari pagi hingga menjelang maghrib. What a great team! Tapi kali ini saya tidak hendak menceritakan Mas Gigih, Doddy, Dimas, Mas Yaum, Chandra, dan our lovely dosbing, Bu Aisyah satu per satu, melainkan kritik tentang proses pendidikan di STAN. Ya, ini tulisan pertama saya tentang almamater saya ini.

Entahlah di kampus lain punya masalah yang sama atau tidak, yang jelas ada yang perlu dirumuskan ulang tentang sistem pendidikan di kampus saya. Kenapa? Menurut saya sistem di STAN sulit melahirkan para spesialis di keuangan negara. Setidaknya ini didukung dari beberapa fakta berikut.

  1. Lebih dari 50% mahasiswa yang diterima berasal dari jurusan sains. Belajar di STAN, berarti mengulang lagi dari 0, fisika-kimia-matematika IPA ngga kepake lagi. Sampai di sini, oke masih banyak dijumpai  di kampus lain ya. 
  2. Penjurusan di STAN disebut spesialisasi, bukan fakultas atau jurusan, yang di benak saya, output yang diharapkan ya benar-benar seorang spesialis. Spesialis Perpajakan ya harapannya akan melahirkan calon-calon ahli perpajakan. Faktanya, lulusan STAN tidak seluruhnya bekerja sesuai spealisasinya, bahkan bisa dibilang random. Saya sendiri yang berasal dari spes akuntansi, yang diperdalam ilmunya adalah akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, dan audit. Selulusnya dari STAN, penempatan definitif saya di Ditjen Pajak, Seksi Penagihan. Oke, akuntansi mulai terlupakan karena yang diperdalam adalah ilmu perpajakan (jujur waktu masih OJT, saya merasa ilmu perpajakan saya 0 meskipun dapat perpajakan juga 3 semester 😂). Sampai di sini, oke lah masih banyak juga lulusan PTN yang dapat pekerjaan tidak sesuai dengan bidangnya.
  3. Setelah dinyatakan lulus seleksi tugas belajar D-IV (syarat 2 tahun setelah menjadi PNS), ya belajar lagi akuntansi lebih dalam, baik akuntansi keuangan (PSAK), akuntansi pemerintahan (yang berbeda lagi karena penerapan PP 71 tahun 2010), dan teori akuntansi. Untuk syarat kelulusan, kami perlu melewati sidang skripsi dan ujian komprehensif yang meliputi 12 mata kuliah. Yha. Belajar lagi semua materi dari D-III sampai dengan D-IV. Namun, pada saat sidang kita tidak tahu mata kuliah mana yang ditanyakan oleh dosen penguji. Lalu gimana hasilnya? Pasti dong...saya banyak menjawab pertanyaan dari satu dosen penguji tentang akuntansi pemerintahan dan teori akuntansi dengan ngawur yang cuma dibalas ketawa miris dari dosen tersebut. Saya tidak sempat mengulas lebih dalam dua mata kuliah tersebut (banyak banget bray). Terlebih lagi, setelah lulus D-III saya tidak pernah lagi bersinggungan dengan akuntansi pemerintahan. Sekalinya masuk D-IV, sistem yang dipakai sudah berbeda (dari cash toward accrual menjadi accrual basis). Sedihnya lagi, dosen tersebut juga dosen pembimbing saya. Hiks. Kabar bahagianya sih saya bisa menjawab cukup lancar (beberapa terbata-bata) pertanyaan dari dua dosen penguji lain. Itu menurut perkiraan saya, MENURUT PERKIRAAN SAYA 😌. Mungkin setelah saya keluar ruang sidang ya beliau-beliau bertiga ketawa ngikik.
  4. Kondisi nomor 3 tidak hanya dialami oleh saya. Dari minggu pertama saya memantau sidang dan kompre, reaksi teman-teman saya setelah keluar ruangan selalu bisa ditebak: pucat,datar,ketawa hina,pura-pura sedih, atau ekspresi lain yang spontan mengundang kita untuk ingin menyantuni deh. Kenapa? Karena ada saja pertanyaan yang sulit dijawab dan alhasil tercipta jawaban ala kadarnya. 
  5. Seselesainya tugas belajar, kami kembali ke instansi asal. Apakah skill saya dalam menggali potensi penerimaan pajak atau pemeriksaan meningkat? Secara relatif tidak. Satu-satunya yang bisa saya kontribusikan ke Ditjen Pajak ya hasil skripsi saya. Tambahan kapasitas saya dalam perpajakan justru lebih cenderung ke teoritis melalui kajian pustaka di mata kuliah Seminar Perpajakan selama satu semester.

Tentu sistem yang ada sekarang tidak serta merta disalahkan. Saya pun menilai sistem yang sekarang ini sarat manfaat karena saya jadi belajar lagi semua materi dari D-III sampai D-IV. Toh, jenjang D-IV atau setara sarjana di mana pun juga mencetak generalis. Namun, terbesit dalam harapan saya bahwa STAN ini seharusnya mencetak para ahli di bidang-bidang keuangan negara. Namanya saja sekolah vokasi, ya seharusnya mencetak spesialis.

Sebagai contoh untuk saya sendiri, paling tidak mulai jenjang D-IV saja, kuliah yang berlangsung tiga sampai empat semester ini seharusnya mendalami perpajakan selama dua semester. Output yang diharapkan adalah tambahan skill (dalam pemeriksaan misalnya). Output tersebut pastinya perlu ditunjang dengan tools pengukurannya seperti dengan Balance Score Card agar bisa terus dievaluasi dan dikembangkan.

Kalau kita renungkan ulang, mungkin sistem pendidikan di Indonesia secara menyeluruh memang sedari dini tidak mengarahkan manusia menjadi ahli sesuai kemampuan genetisnya. Dengan kata lain, sistem sekarang tidak mengarahkan manusia untuk menemukan dirinya sendiri. Maka pada akhirnya, mengutip ungkapan Cak Nun, kita tinggal memilih menjadi orang seperti apa dari empat opsi berikut:
1. Orang yang banyak tahu tentang banyak hal
2. Orang yang banyak tahu tentang sedikit hal
3. Orang yang sedikit tahu tentang banyak hal, atau
4. Orang yang sedikit tahu tentang sedikit hal.
Dan saya takut saya masih menjadi manusia nomor 4 😔.




  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Merasakan hal yang sama. Jangan-jangan juga tipe keempat. Na'udzubillah.

    Jadi teringat petuah seorang kyai Alim dari Malang bahwa menyikapi di bidang apa keahlian kita pakai ISTAFTI QOLBAK. Yang membuat tenang & nyaman di hati itulah wujud syukur atas karunia-Nya yang membuat kita pakar pada bidang itu.

    Tapi berat ya, kalau dah terlanjur jauh..

    BalasHapus
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.org

    BalasHapus