Setiap lima tahun kita terancam bermusuhan, bertikai, terpecah-belah, bercerai-berai satu sama lain sebagai sesama warga negara. Masing-masing membela pilihannya, bahkan tak sedikit bak menabikannya, tanpa mereka tahu 50% atau bahkan 10% fakta murni tentang idolanya, apalagi sejarah dan perjuangan hidupnya. Semoga saya dimaklumi kalau justru resah setiap “limatahunan” itu akan berulang.
Peradaban macam apa yang dibangun berdasarkan menang dan kalah? Yang menang berkuasa, yang kalah berjuang lagi agar mengalahkan yang kini berkuasa. Segala energi, waktu, pikiran, harta, dan sumber daya lain berskala masif dicurahkan untuk kemenangan kelompoknya. Semua media kalau bisa difokuskan untuk menyiarkan kelebihan dan kelemahan Sang Pilihan, atau setidaknya menangkap setiap momentum usaha pemenangan. Lalu masyarakat pelan-pelan diarahkan untuk terlibat dalam putaran pertarungan sampai menggenggam erat-erat kebenaran kelompoknya. Yang merasa menggenggam kebenaran berkeyakinan bahwa yang lain salah. Dan sampai mati tak kunjung sadar apa itu kebenaran dan siapa yang memilikinya.
Lalu kedaulatan macam apa yang kita punya ini? Kita punya hak pilih, tetapi atas opsi yang sudah dipilihkan oleh sekumpulan orang-orang berkepentingan. Bertahun-tahun kita tak sadar dipaksa memilih. Kalau sudah terlanjut mengidolakan, lantas kita lupa parameter pemimpin. Atau, bahkan tak punya? Yang penting POPULER!
Jika resahku tak diterima, maka biarkan aku menjadi anak pinggiran zaman, agar resah ini tidak tak berkesudahan.
0 komentar